1.
Kuantitas Air
Kebutuhan air merupakan jumlah air
yang diperlukan secara wajar untuk
keperluan pokok manusia (domestik)
dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
memerlukan air. Kebutuhan air
menentukan besaran sistem dan ditetapkan
berdasarkan pemakaian air (PERPAMSI,
1994).
Kebutuhan air bersih bagi
masyarakat Surakarta di beberapa daerah sudah cukup
rawan sehingga PDAM Surakarta
menggunakan kebijakan dan strategi
pengembangan jangka panjang tahun
2015 untuk mengantisipasi kekurangan air
pada tahun-tahun mendatang. Sesuai
dengan Millenium Development Goals
(MDG) bahwa Indonesia
diharapkan pada tahun 2015 cakupan pelayanan air
bersihnya dapat ditingkatkan
menjadi 80% dari jumlah penduduk, sedangkan
cakupan pelayanan PDAM Surakarta
baru 55 % (Bonafasio Sagita D, 2003)
Sumber-sumber Air
Bersih
Dalam memilih sumber air baku air
bersih, maka harus diperhatikan persyaratan
utamanya yang meliputi, kualitas,
kuantitas, kontinuitas dan biaya yang murah
dalam proses pengambilan sampai
pada proses pengolahannya. Beberapa sumber
air baku yang dapat digunakan untuk
penyediaan air bersih dikelompokkan
sebagai berikut:
Air Hujan
Air hujan disebut juga dengan air
angkasa menuut Fellycia Elaine diambil dari
buku Modul Baku Mutu Air Minim dan
Air Bersih (2002). Beberapa sifat kualitas
dari air hujan adalah sebagai
berikut:
1. Umumnya bersifat lebih bersih
2. Bersifat lunak karena tidak
mengandung larutan garam dan zat-zat mineral
3
xiii
3. Dapat bersifat korosif karena
mengandung zat-zat yang terdapat di udara
seperti NH3, CO2 agresif, ataupun
SO2. Adanya SO2 yang tinggi di udara yang
bercampur dengan air hujan akan
menyebabkan terjadinya hujan asam.Dari
segi kuantitas air hujan tergantung
pada besar kecilnya curah hujan. Sehingga
air hujan tidak mencukupi untuk
persediaan air bersih karena jumlahnya
fluktuatif. Begitu pula jika
dilihat dari segi kontinuitasnya, air hujan tidak
dapat digunakan secara
terus-menerus, karena tergantung pada musim. Pada
musim kemarau air akan habis karena
tidak ada penambahan air. Gambar 2.1.
dibawah ini memperlihatkan siklus
hidrologi.
Gambar 2.1. Siklus Hidrologi
Air Permukaan
Air permukaan yang biasa
dimanfaatkan sebagai sumber penyediaan air bersih
adalah :
1. Air waduk (berasal dari air
hujan dan air sungai)
2. Air danau (berasal dari air
hujan, air sungai atau mata air)
3. Air sungai (berasal dari air
hujan dan mata air)
xiv
Pada umumnya air permukaan telah
terkontaminasi oleh zat-zat yang berbahaya
bagi kesehatan, sehingga memerlukan
pengolahan terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi oleh masyarakat.
Karakteristik air permukaan yang ada di Indonesia
secara umum menurut Martin
Darmasetiawan (2001), air dapat digolongkan
menjadi:
1. Air permukaan dengan tingkat
kekeruhan tinggi
2. Air permukaan dengan tingkat
kekeruhan rendah sampai sedang
3. Air permukaan dengan tingkat
kekeruhan yang temporer
4. Air permukaan dengan kandungan
warna sedang sampai tinggi
5. Air permukaan dengan tingkat
kesadahan tinggi
6. Air permukaan dengan tingkat
kesadahan rendah
Air permukaan pada Gambar 2.2.
dibawah ini memperlihatkan air permukaan
yang berasal dari sungai.
Gambar 2.2. Air Permukaan
Mata Air
Pada umumnya mata air dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu mata air karang
(rock spring) dan mata air
tanah (earth spring), bergantung pada letak sumber
airnya. Dalam segi kualitas, mata
air sangat baik bila dipakai sebagai air baku,
karena berasal dari dalam tanah
yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan,
sehingga belum terkontaminasi oleh
zat-zat pencemar. Sedangkan jika dilihat dari
segi kuantitasnya, jumlah dan
kapasitas mata air sangat terbatas sehingga hanya
mampu memenuhi kebutuhan sejumlah
penduduk tertentu. Gambar 2.3. dibawah
ini memperlihatkan mata air yang
berasal dari celah bebatuan.
xv
Air Tanah
Air tanah menurut Hariyanti Ibnu
(1997), banyak mengandung garam dan mineral
yang terlarut pada waktu air
melewati lapisan-lapisan tanah. Secara praktis air
tanah bebas dari polutan karena
berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak
menutup kemungkinan air tanah dapat
tercemar oleh zat-zat seperti Fe, Mn dan
kesadahan yang terbawa oleh aliran
permukaan tanah. Gambar 2.4. dibawah ini
memeperlihatkan penggambilan air
tanah dengan menggunakan pompa manual.
Kebutuhan air akan dikategorikan
dalam kebutuhan air domestik dan non
domestik. Kebutuhan air domestik
adalah kebutuhan air yang digunakan untuk
keperluan rumah tangga yaitu untuk
keperluan minum, memasak, mandi, cuci
pakaian serta keperluan lainnya,
sedangkan kebutuhan air non domestik
digunakan untuk kegiatan komersil
seperti industri, perkantoran, maupun kegiatan
sosial seperti sekolah, rumah
sakit, tempat ibadah dan niaga.
2.
Kualitas Air Minum
Parameter Air
Minum
Air minum yang ideal seharusnya
jernih, tidak berwarna, tidak berasa. Air
minumpun seharusnya tidak
mengandung kuman pathogen dan segala makhluk
yang membahayakan kesehatan
manusia. Tidak mengandung zat kimia yang
membahayakan fungsi tubuh. Air itu
seharusnya tidak korosif, tidak
meninggalkan endapan pada seluruh
jaringan distribusinya.
Atas dasar pemikiran tersebut
dibuat standar air minum yaitu suatu peraturan yang
memberi petunjuk tentang
konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya
diperbolehkan ada di dalam air
minum agar tujuan penyediaan air bersih dapat
tercapai. Standar demikian akan
berlainan dari negara ke negara, tergantung pada
keadaan sosio-kultural termasuk
kemajuan teknologi suatu negara. Negara dengan
keadaan ekonomi lebih rendah dan
teknologi juga rendah, maka biasanya
kesehatannya juga rendah. Di negara
tersebut biasanya standar air minumpun
tidak ketat, karena kemampuan
mengolah air (teknologi) masih belum canggih
dan masyarakat belum mampu membeli
air yang harus diolah secara canggih yang
tentunya juga mahal.
Untuk negara berkembang seperti di
Indonesia, perlu didapatkan cara-cara
pengolahan ataupun pengelolaan air
yang relatif murah (teknologi tepat guna),
sehingga kualitas air yang
dikonsumsi masyarakat dapat dikatakan baik atau
memenuhi standar internasional,
tetapi terjangkau oleh masyarakatnya. Akan
tetapi, dari manapun asalnya suatu
standar, parameternya selalu dibagi dalam
beberapa bagian, antara lain:
1. Parameter Fisis
a. Bau
Air minum yang berbau selain tidak
estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi
petunjuk akan kualitas air. Misalnya,
bau amis dapat disebabkan oleh
tumbuhnya alga.
xxii
b. Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS)
Biasanya terdiri atas zat organik,
garam anorganik, dan gas terlarut. Bila
TDS bertambah maka kesadahan akan
naik pula. TDS ditentukan dengan
cara pemanasan secara perlahan-lahan
dan penguapan sejumlah kecil air
sampel (50-100 ml), kemudian sisa
garam kering ditimbang. Hasilnya
dinyatakan sebagai mg/l atau ppm.
c. Kekeruhan
Kekeruhan air dapat disebabkan oleh
zat padat yang tersuspensi, baik
yang bersifat anorganik maupun yang
organik. Demikian pula dengan alga
yang berkembang biak akan menambah
kekeruhan air. Air yang keruh
juga akan membentuk deposit pada
pipa-pipa, ketel dan peralatan lainnya.
d. Rasa
Air minum biasanya tidak memberi
rasa atau tawar. Air yang tidak tawar
dapat menunjukkan kehadiran
berbagai zat yang dapat membahayakan
kesehatan. Efeknya tergantung pada
penyebab timbulnya rasa tersebut.
e. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak
panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa
yang dapat membahayakan
kesehatan.
f. Warna
Warna air dapat berasal dari limbah
buangan industri. Warna pada air
dapat menimbulkan buih dalam ketel
dan menghambat proses
pengendapan.
2. Parameter Kimia
a. Kimia Anorganik
1) Besi
Di dalam air minum Fe menimbulkan
rasa, warna (kuning),
pengendapan pada dinding pipa,
pertumbuhan bakteri besi dan
xxiii
kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh
tubuh dalam pembentukan
hemoglobin. Sekalipun Fe diperlukan
oleh tubuh, tetapi dalam dosis
besar dapat merusak dinding usus.
2) Kesadahan
Kesadahan dapat menyebabkan
pengendapan pada dinding pipa.
Masalah yang dapat timbul adalah
sulitnya sabun membusa, sehingga
masyarakat tidak suka memanfaatkan
penyediaan air bersih tersebut.
3) Chlorida
Chlor digunakan sebagai desinfektan
dalam penyediaan air minum.
Dalam jumlah banyak, Cl akan
menimbulkan rasa asin, korosi pada
pipa sistem penyediaan air panas.
4) pH
Air minum sebaiknya netral, tidak
asam/basa, untuk mencegah
terjadinya pelarutan logam berat
dan korosi jaringan distribusi air
minum.
5) Seng (Zn)
Tubuh memerlukan Zn untuk proses
metabolisme, tetapi dalam kadar
tinggi dapat bersifat racun. Di
dalam air minum akan menimbulkan
rasa kesat dan dapat menimbulkan
gejala muntaber. Seng
menimbulkan endapan pada air bila
dimasak.
6) Tembaga (Cu)
Tembaga sebetulnya diperlukan bagi
perkembangan tubuh manusia.
Tetapi, dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan gejala muntaber,
pusing kepala, lemah, anemia, koma
dan dapat meninggal. Dalam
dosis rendah menimbulkan rasa kesat,
warna dan korosi pada pipa,
sambungan dan peralatan dapur.
b. Kimia Organik
1) Chlordane
Chlordane adalah insektisida,
tergolong hidrokarbon terchlorinasi dan
seringkali didapat sebagai pencemar
air.
2) Chloroform Xxiv
Chloroform juga merupakan
hidrokarbon terchlorinasi. Dapat
menimbulkan iritasi, dilatasi
pupil, merusak hepar, jantung dan ginjal.
3) Zat Organik
Merupakan indikator umum bagi
pencemaran, antara lain:
a) CO2 , dapat merusak pipa dan
dapat melarutkan logam.
b) Calcium (Ca)
Pada dasarnya Calcium dibutuhkan
oleh tubuh, akan tetapi dalam
jumlah yang terlalu sedikit atau
terlalu banyak dapat menimbulkan
gangguan kesehatan.
c) Magnesium (Mg)
Mg adalah salah satu unsur yang
menimbulkan kesadahan dan
menyebabkan adanya rasa pada air.
Kelebihan unsur ini dapat
menimbulkan depresi susunan syaraf
pusat dan otot-otot.
d) Amonia
Amonia adalah penyebab iritasi dan
korosi, meningkatkan
pertumbuhan mikroorganisme dan
mengganggu proses desinfeksi
dengan khlor.
3. Parameter Radioaktivitas
Apapun bentuk radioaktivitas,
efeknya adalah sama yaitu menimbulkan
kerusakan pada sel. Kerusakan dapat
berupa kematian dan perubahan
komposisi genetik. Perubahan
genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit
seperti kanker. Parameter
radioaktivitas yang dimaksud antara lain:
a. Sinar Alpha
Karena tidak mempunyai daya tembus,
maka efek yang terjadi biasanya
bersifat lokal. Apabila tertelan
lewat minuman, maka dapat terjadi
kerusakan pada sel-sel saluran
pencernaan.
b. Sinar Beta
Sinar beta dapat menembus kulit,
dalamnya tergantung pada aktivitasnya.
Dengan demikian, kerusakan yang
terjadi dapat lebih luas dan lebih
mendalam daripada sinar alpha.
4. Parameter Mikrobiologis
Dalam parameter ini terdapat
koliform tinja dan total koliform. Sebetulnya
kedua parameter ini hanya berupa
indikator bagi berbagai mikroba yang dapat
berupa parasit (protozoa, metazoa,
tungau), bakteri patogen dan virus.
Pengolahan Air
Metode pengolahan air yang
dipergunakan antara lain:
1. Pengolahan Fisik
a. Penyaringan
Pada instalasi kecil, saringan
biasanya dibersihkan secara manual (dengan
tenaga orang). Instalasi yang besar
umumnya mempergunakan saringan
yang dibersihkan secara mekanik.
b. Aerasi
Aerasi adalah proses mekanis
pencampuran air dengan udara. Tujuan
aerasi adalah sebagai berikut:
1) Membantu dalam pemisahan
logam-logam yang tidak diinginkan
seperti besi (Fe) dan mangan (Mn).
Oksigen yang dikontakkan dengan
air akan mengubah senyawa-senyawa
tersebut menjadi ferioksida
yang tidak larut dalam air sehingga
dapat dipisahkan dengan
menggunakan filter.
2) Menghilangkan gas-gas yang
terlarut dalam air terutama yang bersifat
korosif. Contoh gas seperti ini
adalah CO2 yang dapat menurunkan
pH air sehingga membantu proses
korosi pada logam.
3) Menghilangkan bau, rasa dan
warna yang disebabkan oleh
mikroorganisme.
c. Flokulasi
Bila bahan kimia pengental
ditambahkan ke air yang mengandung
kekeruhan, akan terbentuk kumpulan
partikel yang turun mengendap. Hal
ini menyebabkan bertumbukannya
kumpulan partikel kecil yang akan
membentuk partikel yang lebih besar
dan jumlahnya lebih sedikit.
d. Filtrasi
Filter yang biasa terdiri dari
selapis pasir, atau pasir dan tumbukan
batubara, yang ditunjang di atas
suatu tumpukan kerikil. Bila air lolos
melalui filter tersebut, partikel
terapung dan bahan flokulan akan
bersentuhan dengan butir-butir
pasir dan melekat kepadanya.
e. Pengendapan
Laju pengendapan suatu partikel di
dalam air tergantung pada kekentalan
dan kerapatan air maupun ukuran,
bentuk dan berat jenis partikel.
2. Pengolahan Kimiawi
a. Koagulasi
Koagulan bereaksi dengan air dan
partikel-partikel yang membuat keruh
untuk membentuk endapan flokulan.
Partikel yang lebih besar mempunyai
kerapatan yang cukup untuk
memungkinkan pembuangannya dengan cara
pengendapan gravitasi. Sehingga air
yang semula keruh menjadi jernih.
b. Desinfeksi
Klorin terbukti merupakan
desinfektan yang ideal. Bila dimasukkan ke
dalam air akan mempunyai pengaruh
yang segera dan membinasakan
makhluk mikroskopis. Klorin akan
sangat efektif bila pH air rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar