Kamis, 22 November 2018


 TUGAS 5 PSDA 

Peranan Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas topografisecara alami sedemikian rupa sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam DAS tersebut akanmengalir melalui titik tertentu (titik pengukuran di sungai) dalam DAS tersebut. Dalam BahasaInggris pengertian DAS sering diidentikan dengan watershed,catchment area atau river basin.

 Pengertian DAS tersebut menggambarkan bahwa DAS adalah suatu wilayah yang mengalirkanair yang jatuh di atasnya beserta sedimen dan bahan terlarut melalui titik yang sama sepanjangsuatu aliran atau sungai. Dengan demikian DAS atau watershed dapat terbagi menjadi beberapasub DAS dan sub-sub DAS, sehingga luas DAS pun akan bervariasi dari beberapa puluh meter  persegi sampai ratusan ribu hektar tergantung titik pengukuran ditempatkan.Apabaila ada kegiatan di suatu DAS maka kegiatan tersebut dapat mempengaruhi aliran air di bagian hilir baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Penebangan hutan secara sembarangan di bagian hulu suatu DAS dapat mengganggu distribusi aliran sungai di bagian hilir. Pada musimhujan air sungai akan terlalu banyak bahkan sering menimbulkan banjir tetapi pada musimkemarau jumlah air sungai akan sangat sedikit atau bahkan kering. Disamping itu kualitas air sungai pun menurun, karena sedimen yang terangkut akibat meningkatnya erosi cukup banyak.Perubahan penggunaan lahan atau penerapan agroteknologi yang tidak cocok pun dapatmempengaruhi kualitas dan kuantitas air yang mengalir ke bagian hilir.Oleh karena itu, dari segi hidrologi, erosi dan sedimentasi, DAS dapat dianggap sebagai suatusistem dimana perubahan yang terjadi di suatu bagian akan mempengaruhi bagian lain dalamDAS tersebut. Berbagai kegiatan dalam pengelolaan dan pengembangan DAS yang dapatmempengaruhi kualitas dan kuantitas air, yang pada gilirannya kualitas seluruh lingkunganhidup, antara lain, penebangan hutan, penambangan, permukiman, lingkungan pabrik, perubahan penggunaan lahan, penerapan teknik konservasi tanah dan air, pengembangan pertanian lahankering, termasuk tanaman pangan, tanaman perkebunan, seperti tebu, karet, kelapa sawit, dan perubahan agroteknologi.





DAMPAK KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI 

Sumberdaya alam utama yang terdapat dalam suatu DAS yang harus diperhatikan dalam pengelolaan DAS adalah sumberdaya hayati, tanah dan air. Sumberdaya tersebut peka terhadap berbagai macam kerusakan (degradasi) seperti kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity),

kehilangan tanah (erosi), kehilangan unsur hara dari daerah perakaran (kemerosotan kesuburantanah atau pemiskinan tanah), akumulasi garam (salinisasi), penggenangan
(water logging ), danakumulasi limbah industri atau limbah kota (pencemaran) (Rauschkolb, 1971; ElSwaify, et. al.1993). Menurunnya kualitas air yang disebabkan baik oleh sedimen yang bersumber dari erosimaupun limbah industri (polusi) sudah sangat dirasakan di daerah aliran sungai yang berpenduduk padat.Erosi di daerah tropika basah dengan berbagai fenomena yang bertalian erat dengannya seperti penurunan produktivitas tanah, sedimentasi, banjir, kekeringan, termasuk jenis kerusakan DASyang memerlukan penanganan segera dengan menggunakan teknologi yang telah dikuasaimaupun teknologi baru, agar degradasi lingkungan tidak berlanjut mencapai tingkat yang gawat.Dampak negatif erosi terjadi pada dua tempat yaitu pada tanah tempat erosi terjadi, dan padatempat sedimen diendapkan.Kerusakan utama yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi adalah kemunduran kualitas sifat-sifat biologi, kimia, dan fisik tanah. Kemunduran kualitas tanah tersebut dapat berupa kehilangankeanekaragaman hayati, unsur hara dan bahan organik yang terbawa oleh erosi, tersingkapnyalapisan tanah yang miskin hara dan sifat-sifat fisik yang menghambat pertumbuhan tanaman,menurunnya kapasitas infiltrasi dan kapasitas tanah menahan air, meningkatnya kepadatan tanahdan ketahanan penetrasi serta berkurangnya kemantapan struktur tanah. Hal tersebut padaakhirnya berakibat pada memburuknya pertumbuhan tanaman, menurunnya produktivitas tanahatau meningkatnya pasokan yang dibutuhkan untuk mempertahankan produksi. Memburuknyasifat-sifat biologi, kimia dan fisik tanah serta menurunnya produktivitas tanah sejalan dengansemakin menebalnya lapisan tanah yang tererosi (Sudirman et al 1986).Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut oleh aliran permukaan diendapkan di bagiantertentu atau masuk ke sungai serta diendapkan di dalam sungai, waduk, danau atau saluran-saluran air. Disamping itu dengan berkurangnya kapasitasinfiltrasi tanah yang mengalami erosiakan menyebabkan aliran permukaan (run off ) meningkat. Peningkatan aliran permukaan danmendangkalnya sungai mengakibatkan banjir semakin sering dengan tingkatan (derajat) yangsemakin berat pada setiap musim hujan. Terjadinya banjir sudah merupakan fenomena yang berulang setiap tahun di banyak DAS di Indonesia.Berkurangnya infiltrasi air ke dalam tanah yang mengalami erosi di bagian hulu DASmenyebabkan pengisian kembali (recharge) air di bawah tanah ( ground water ) juga berkurangyang mengakibatkan kekeringan di musim kemarau. Dengan demikian terlihat bahwa peristiwa banjir dan kekeringan merupakan fenomena ikutan yang tidak terpisahkan dari peristiwa eropsi.Bersama dengan sedimen, unsur-unsur hara terutama N dan P serta bahan organikpun banyak yang ikut terbawa masuk ke dalam waduk atau sungai (Sinukaban 1981). Hal ini mengakibatkanterjadinya eutrofikasi berlebihan dalam danau atau waduk sehingga memungkinkan perkembangan tananam air menjadi lebih cepat dan pada akhirnya mempercepat pendangkalandan kerusakan waduk atau danau tersebut.
PERANAN KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PELESTARIANPRODUKTIVITAS DAN SUMBERDAYA AIR  

Untuk menjaga produktivitas lahan, maka penggunaan lahan harus sesuai dengankemampuanlahan serta penggunaan agroteknologi harus disertai dengan penerapan teknik konservasi tanahdan air yang memadai. Tipe teknik konservasi tanah dan air yang banyak diterapkan di seluruhdunia termasuk dalam pengelolaan DAS di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam empatkelompok utama yaitu agronomi, vegetatif, struktur, dan manajemen (WASWC, 1998).Teknik konservasi tanah dan air yang dikelompokkan ke dalam kelompok agronomi antara lain penanaman tanaman campuran (tumpang sari), penananam berurutan (rotasi), penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimum, penananam tanpa olah tanah, penanaman mengikuti kontur, penananam di atas guludan mengikuti kontur, penggunaan pupuk hijau atau pupuk buatan, dan penggunaan kompos.Teknik konservasi tanah dan air yang dikelompokkan ke dalam kelompok vegetatif antara lain penanaman tanaman pohon atau tanaman tahunan (seperti kopi, teh, tebu, pisang), penanaman

tanaman tahunan di batas lahan (tanaman pagar), penanaman strip rumput (vetiver, rumputmakanan ternak).Teknik konservasi tanah dan air yang dikelompokkan ke dalam kelompok struktur antara lainsaluran penangkap aliran permukaan, saluran pembuangan air, saluran teras, parit penahan air (rorak), sengkedan, guludan, teras guludan, teras bangku, dam penahan air, dan embung pemanen air hujan.Teknik konservasi tanah dan air yang dikelompokkan ke dalam kelompok manajemen antaralain perubahan pengunaan lahan menjadi lebih sesuai, pemilihan usaha pertanian yang lebihcocok, pemilihan peralatan dan masukan komersial yang lebih tepat, penataan pertaniantermasuk komposisi usaha pertanian, dan penentuan waktu persiapan lahan, penanaman, dan pemberian input.Penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai di berbagai proyek pengembangan pertanian dan penelitian telah membuktikan bahwa teknik konservasi tanah dan air mampumenstabilkan produktivitas pertanian dan bahkan pada beberapa tempat mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani (Sihite dan Sinukaban, 2004).Penanaman sayuran mengikuti kontur pada tanah Andosol yang mempunyai drainase yang baik di Citere Jawa Barat mampu mempertahankan produktivitas lahan dan sangat efektif menekanerosi. Penggunaan rorak dan tananam penaung multistrata di pekebunan kopi rakyat mampumenekan erosi dan meningkatkan pendapatan petani sampai lebih dari Rp. 6.000.000 di DASBesai Lampung barat.Untuk menjaga kelestarian sumberdaya air di suatu DAS, maka penutupan vegetasi permanenharus tetap dijaga kelestariannya, penggunaan lahan harus sesuai dengan kemampuan lahan danteknologi pengelolaan DAS harus memenuhi kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Di DASyang didominasi oleh daerah pertanian, penerapan teknik konservasi yang memadai sangatdiperlukan untuk meningkatkan infiltrasi dan menurunkan aliran permukaan yang padagilirannya dapat melestarikan sumberdaya air.Hasil penelitian tentang pengaruh teknik konservasi tanah dan air yang memadai dalam pengelolaan DAS terhadap kelestarian sumber daya air di Jawa Barat dan Lampung sangat positif (Sinukaban et al, 1998, Sihite dan Sinukaban 2004). Penelitian di Jawa Barat danLampung Barat tersebut menunjukan bahwa teknik pengelolaan DAS yang memenuhi kaidahkonservasi tanah dan air akan menurunkan aliran permukaan (quick flow) dan menaikan alirandasar (base flow) serta memperpanjang masa aliran dasar secara substansial (Sinukaban et al,198).Walaupun hanya sepertiga dari luas DAS yang menerapkan teknik konservasi yang memadai,teknik konservasi tersebut sudah mampu menekan koefisien aliran permukaan dari 0,72 menjadi0,49 pada tahun berikutnya dan menjadi 0,39 dua tahun setelah penerapan teknik konservasi.Disamping itu koefisien aliran dasar (base flow) meningkat dari 0,28 menjadi 0,51 pada tahun berikutnya dan menjadi 0,61 dua tahun setelah peneapan teknik konservasi (Tabel 1). Disampingadanya peningkatan debit aliran dasar, penerapan teknik konservasi tanah dan air juga

memperpanjang lamanya aliran dasar dari hanya sampai bulan Juni pada saat belumditerapkannya teknik konservasi menjadi sampai bulan Juli setelah setahun penerapannya danmenjadi sampai bulan Agustus setelah dua tahun (Gambar 1 dan 2). Bila dikombinasikan dengan peningkatan penutupan vegetasi permanen dan menempatkan penggunaan lahan yang sesuaidengan kemampuannya maka kelestarian sumberdaya air di DAS akan terjaga secara lestari.
https://html2-f.scribdassets.com/9k0x5tkyv42k42xm/images/5-ed592057d0.jpg



Kamis, 15 November 2018

Kuantitas Sumber Air dan Kualitas Sumber Air


1.     Kuantitas Air

Kebutuhan air merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk
keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan
berdasarkan pemakaian air (PERPAMSI, 1994).
Kebutuhan air bersih bagi masyarakat Surakarta di beberapa daerah sudah cukup
rawan sehingga PDAM Surakarta menggunakan kebijakan dan strategi
pengembangan jangka panjang tahun 2015 untuk mengantisipasi kekurangan air
pada tahun-tahun mendatang. Sesuai dengan Millenium Development Goals
(MDG) bahwa Indonesia diharapkan pada tahun 2015 cakupan pelayanan air
bersihnya dapat ditingkatkan menjadi 80% dari jumlah penduduk, sedangkan
cakupan pelayanan PDAM Surakarta baru 55 % (Bonafasio Sagita D, 2003)

Sumber-sumber Air Bersih

Dalam memilih sumber air baku air bersih, maka harus diperhatikan persyaratan
utamanya yang meliputi, kualitas, kuantitas, kontinuitas dan biaya yang murah
dalam proses pengambilan sampai pada proses pengolahannya. Beberapa sumber
air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air bersih dikelompokkan
sebagai berikut:


Air Hujan

Air hujan disebut juga dengan air angkasa menuut Fellycia Elaine diambil dari
buku Modul Baku Mutu Air Minim dan Air Bersih (2002). Beberapa sifat kualitas
dari air hujan adalah sebagai berikut:
1. Umumnya bersifat lebih bersih
2. Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-zat mineral
3
xiii
3. Dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di udara
seperti NH3, CO2 agresif, ataupun SO2. Adanya SO2 yang tinggi di udara yang
bercampur dengan air hujan akan menyebabkan terjadinya hujan asam.Dari
segi kuantitas air hujan tergantung pada besar kecilnya curah hujan. Sehingga
air hujan tidak mencukupi untuk persediaan air bersih karena jumlahnya
fluktuatif. Begitu pula jika dilihat dari segi kontinuitasnya, air hujan tidak
dapat digunakan secara terus-menerus, karena tergantung pada musim. Pada
musim kemarau air akan habis karena tidak ada penambahan air. Gambar 2.1.
dibawah ini memperlihatkan siklus hidrologi.
Gambar 2.1. Siklus Hidrologi




Air Permukaan

Air permukaan yang biasa dimanfaatkan sebagai sumber penyediaan air bersih
adalah :
1. Air waduk (berasal dari air hujan dan air sungai)
2. Air danau (berasal dari air hujan, air sungai atau mata air)
3. Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air)
xiv
Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi oleh zat-zat yang berbahaya
bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi oleh masyarakat. Karakteristik air permukaan yang ada di Indonesia
secara umum menurut Martin Darmasetiawan (2001), air dapat digolongkan
menjadi:
1. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan tinggi
2. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan rendah sampai sedang
3. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang temporer
4. Air permukaan dengan kandungan warna sedang sampai tinggi
5. Air permukaan dengan tingkat kesadahan tinggi
6. Air permukaan dengan tingkat kesadahan rendah
Air permukaan pada Gambar 2.2. dibawah ini memperlihatkan air permukaan
yang berasal dari sungai.
Gambar 2.2. Air Permukaan

Mata Air

Pada umumnya mata air dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu mata air karang
(rock spring) dan mata air tanah (earth spring), bergantung pada letak sumber
airnya. Dalam segi kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air baku,
karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan,
sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Sedangkan jika dilihat dari
segi kuantitasnya, jumlah dan kapasitas mata air sangat terbatas sehingga hanya
mampu memenuhi kebutuhan sejumlah penduduk tertentu. Gambar 2.3. dibawah
ini memperlihatkan mata air yang berasal dari celah bebatuan.
xv

Air Tanah

Air tanah menurut Hariyanti Ibnu (1997), banyak mengandung garam dan mineral
yang terlarut pada waktu air melewati lapisan-lapisan tanah. Secara praktis air
tanah bebas dari polutan karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak
menutup kemungkinan air tanah dapat tercemar oleh zat-zat seperti Fe, Mn dan
kesadahan yang terbawa oleh aliran permukaan tanah. Gambar 2.4. dibawah ini
memeperlihatkan penggambilan air tanah dengan menggunakan pompa manual.



Kebutuhan air akan dikategorikan dalam kebutuhan air domestik dan non
domestik. Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang digunakan untuk
keperluan rumah tangga yaitu untuk keperluan minum, memasak, mandi, cuci
pakaian serta keperluan lainnya, sedangkan kebutuhan air non domestik
digunakan untuk kegiatan komersil seperti industri, perkantoran, maupun kegiatan
sosial seperti sekolah, rumah sakit, tempat ibadah dan niaga.


 
2. Kualitas Air Minum

Parameter Air Minum

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa. Air
minumpun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk
yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang
membahayakan fungsi tubuh. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak
meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya.
Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum yaitu suatu peraturan yang
memberi petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya
diperbolehkan ada di dalam air minum agar tujuan penyediaan air bersih dapat
tercapai. Standar demikian akan berlainan dari negara ke negara, tergantung pada
keadaan sosio-kultural termasuk kemajuan teknologi suatu negara. Negara dengan
keadaan ekonomi lebih rendah dan teknologi juga rendah, maka biasanya
kesehatannya juga rendah. Di negara tersebut biasanya standar air minumpun
tidak ketat, karena kemampuan mengolah air (teknologi) masih belum canggih
dan masyarakat belum mampu membeli air yang harus diolah secara canggih yang
tentunya juga mahal.
Untuk negara berkembang seperti di Indonesia, perlu didapatkan cara-cara
pengolahan ataupun pengelolaan air yang relatif murah (teknologi tepat guna),
sehingga kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat dikatakan baik atau
memenuhi standar internasional, tetapi terjangkau oleh masyarakatnya. Akan
tetapi, dari manapun asalnya suatu standar, parameternya selalu dibagi dalam
beberapa bagian, antara lain:

1. Parameter Fisis

a. Bau

Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Misalnya,
bau amis dapat disebabkan oleh tumbuhnya alga.
xxii

b. Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS)

Biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila
TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. TDS ditentukan dengan
cara pemanasan secara perlahan-lahan dan penguapan sejumlah kecil air
sampel (50-100 ml), kemudian sisa garam kering ditimbang. Hasilnya
dinyatakan sebagai mg/l atau ppm.

c. Kekeruhan

Kekeruhan air dapat disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik
yang bersifat anorganik maupun yang organik. Demikian pula dengan alga
yang berkembang biak akan menambah kekeruhan air. Air yang keruh
juga akan membentuk deposit pada pipa-pipa, ketel dan peralatan lainnya.

d. Rasa

Air minum biasanya tidak memberi rasa atau tawar. Air yang tidak tawar
dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan
kesehatan. Efeknya tergantung pada penyebab timbulnya rasa tersebut.

e. Suhu

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan
kesehatan.

f. Warna

Warna air dapat berasal dari limbah buangan industri. Warna pada air
dapat menimbulkan buih dalam ketel dan menghambat proses
pengendapan.
2. Parameter Kimia
a. Kimia Anorganik

1) Besi

Di dalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna (kuning),
pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan
xxiii
kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan
hemoglobin. Sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis
besar dapat merusak dinding usus.

2) Kesadahan

Kesadahan dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa.
Masalah yang dapat timbul adalah sulitnya sabun membusa, sehingga
masyarakat tidak suka memanfaatkan penyediaan air bersih tersebut.



3) Chlorida

Chlor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum.
Dalam jumlah banyak, Cl akan menimbulkan rasa asin, korosi pada
pipa sistem penyediaan air panas.

4) pH

Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah
terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air
minum.

5) Seng (Zn)

Tubuh memerlukan Zn untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar
tinggi dapat bersifat racun. Di dalam air minum akan menimbulkan
rasa kesat dan dapat menimbulkan gejala muntaber. Seng
menimbulkan endapan pada air bila dimasak.

6) Tembaga (Cu)

Tembaga sebetulnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia.
Tetapi, dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala muntaber,
pusing kepala, lemah, anemia, koma dan dapat meninggal. Dalam
dosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna dan korosi pada pipa,
sambungan dan peralatan dapur.

b. Kimia Organik

1) Chlordane

Chlordane adalah insektisida, tergolong hidrokarbon terchlorinasi dan
seringkali didapat sebagai pencemar air.

2) Chloroform Xxiv

Chloroform juga merupakan hidrokarbon terchlorinasi. Dapat
menimbulkan iritasi, dilatasi pupil, merusak hepar, jantung dan ginjal.






3) Zat Organik

Merupakan indikator umum bagi pencemaran, antara lain:

a) CO2 , dapat merusak pipa dan dapat melarutkan logam.

b) Calcium (Ca)
Pada dasarnya Calcium dibutuhkan oleh tubuh, akan tetapi dalam
jumlah yang terlalu sedikit atau terlalu banyak dapat menimbulkan
gangguan kesehatan.

c) Magnesium (Mg)
Mg adalah salah satu unsur yang menimbulkan kesadahan dan
menyebabkan adanya rasa pada air. Kelebihan unsur ini dapat
menimbulkan depresi susunan syaraf pusat dan otot-otot.

d) Amonia
Amonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan
pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi
dengan khlor.

3. Parameter Radioaktivitas

Apapun bentuk radioaktivitas, efeknya adalah sama yaitu menimbulkan
kerusakan pada sel. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan
komposisi genetik. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit
seperti kanker. Parameter radioaktivitas yang dimaksud antara lain:

a. Sinar Alpha
Karena tidak mempunyai daya tembus, maka efek yang terjadi biasanya
bersifat lokal. Apabila tertelan lewat minuman, maka dapat terjadi
kerusakan pada sel-sel saluran pencernaan.

b. Sinar Beta
Sinar beta dapat menembus kulit, dalamnya tergantung pada aktivitasnya.
Dengan demikian, kerusakan yang terjadi dapat lebih luas dan lebih
mendalam daripada sinar alpha.

4. Parameter Mikrobiologis
Dalam parameter ini terdapat koliform tinja dan total koliform. Sebetulnya
kedua parameter ini hanya berupa indikator bagi berbagai mikroba yang dapat
berupa parasit (protozoa, metazoa, tungau), bakteri patogen dan virus.




Pengolahan Air

Metode pengolahan air yang dipergunakan antara lain:

1. Pengolahan Fisik

a. Penyaringan
Pada instalasi kecil, saringan biasanya dibersihkan secara manual (dengan
tenaga orang). Instalasi yang besar umumnya mempergunakan saringan
yang dibersihkan secara mekanik.

b. Aerasi
Aerasi adalah proses mekanis pencampuran air dengan udara. Tujuan
aerasi adalah sebagai berikut:
1) Membantu dalam pemisahan logam-logam yang tidak diinginkan
seperti besi (Fe) dan mangan (Mn). Oksigen yang dikontakkan dengan
air akan mengubah senyawa-senyawa tersebut menjadi ferioksida
yang tidak larut dalam air sehingga dapat dipisahkan dengan
menggunakan filter.
2) Menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air terutama yang bersifat
korosif. Contoh gas seperti ini adalah CO2 yang dapat menurunkan
pH air sehingga membantu proses korosi pada logam.
3) Menghilangkan bau, rasa dan warna yang disebabkan oleh
mikroorganisme.

c. Flokulasi
Bila bahan kimia pengental ditambahkan ke air yang mengandung
kekeruhan, akan terbentuk kumpulan partikel yang turun mengendap. Hal
ini menyebabkan bertumbukannya kumpulan partikel kecil yang akan
membentuk partikel yang lebih besar dan jumlahnya lebih sedikit.

d. Filtrasi
Filter yang biasa terdiri dari selapis pasir, atau pasir dan tumbukan
batubara, yang ditunjang di atas suatu tumpukan kerikil. Bila air lolos
melalui filter tersebut, partikel terapung dan bahan flokulan akan
bersentuhan dengan butir-butir pasir dan melekat kepadanya.

e. Pengendapan
Laju pengendapan suatu partikel di dalam air tergantung pada kekentalan
dan kerapatan air maupun ukuran, bentuk dan berat jenis partikel.






2. Pengolahan Kimiawi

a. Koagulasi
Koagulan bereaksi dengan air dan partikel-partikel yang membuat keruh
untuk membentuk endapan flokulan. Partikel yang lebih besar mempunyai
kerapatan yang cukup untuk memungkinkan pembuangannya dengan cara
pengendapan gravitasi. Sehingga air yang semula keruh menjadi jernih.
b. Desinfeksi
Klorin terbukti merupakan desinfektan yang ideal. Bila dimasukkan ke
dalam air akan mempunyai pengaruh yang segera dan membinasakan
makhluk mikroskopis. Klorin akan sangat efektif bila pH air rendah.