TUGAS 5 PSDA
Peranan Konservasi Daerah
Aliran Sungai (DAS)
Daerah
Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah
yang dibatasi oleh batas-batas topografisecara alami
sedemikian rupa sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam DAS tersebut
akanmengalir melalui titik tertentu (titik pengukuran di sungai) dalam DAS
tersebut. Dalam BahasaInggris pengertian DAS sering diidentikan dengan watershed,catchment area atau river basin.
Pengertian
DAS tersebut menggambarkan bahwa DAS adalah suatu wilayah yang mengalirkanair
yang jatuh di atasnya beserta sedimen dan bahan terlarut melalui titik
yang sama sepanjangsuatu aliran atau sungai. Dengan demikian DAS atau watershed dapat terbagi menjadi beberapasub DAS dan sub-sub DAS, sehingga
luas DAS pun akan bervariasi dari beberapa puluh meter persegi
sampai ratusan ribu hektar tergantung titik pengukuran ditempatkan.Apabaila ada
kegiatan di suatu DAS maka kegiatan tersebut dapat mempengaruhi aliran air
di bagian hilir baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Penebangan hutan secara sembarangan di bagian hulu suatu DAS dapat mengganggu distribusi aliran sungai di bagian hilir. Pada musimhujan
air sungai akan terlalu banyak bahkan sering menimbulkan banjir tetapi pada
musimkemarau jumlah air sungai akan sangat sedikit atau bahkan kering.
Disamping itu kualitas air sungai pun menurun, karena sedimen yang
terangkut akibat meningkatnya erosi cukup banyak.Perubahan penggunaan lahan
atau penerapan agroteknologi yang tidak cocok pun dapatmempengaruhi
kualitas dan kuantitas air yang mengalir ke bagian hilir.Oleh karena itu, dari
segi hidrologi, erosi dan sedimentasi, DAS dapat dianggap sebagai suatusistem
dimana perubahan yang terjadi di suatu bagian akan mempengaruhi bagian lain
dalamDAS tersebut. Berbagai kegiatan dalam pengelolaan dan pengembangan DAS
yang dapatmempengaruhi kualitas dan kuantitas air, yang pada
gilirannya kualitas seluruh lingkunganhidup, antara lain, penebangan
hutan, penambangan, permukiman, lingkungan pabrik,
perubahan penggunaan lahan, penerapan teknik konservasi tanah dan air, pengembangan pertanian lahankering,
termasuk tanaman pangan, tanaman perkebunan, seperti tebu, karet, kelapa sawit,
dan perubahan agroteknologi.
DAMPAK KERUSAKAN DAERAH ALIRAN
SUNGAI
Sumberdaya
alam utama yang terdapat dalam suatu DAS yang harus diperhatikan
dalam pengelolaan DAS adalah sumberdaya hayati, tanah dan air. Sumberdaya tersebut
peka terhadap berbagai macam kerusakan (degradasi)
seperti kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity),
kehilangan
tanah (erosi), kehilangan unsur hara dari daerah perakaran (kemerosotan
kesuburantanah atau pemiskinan tanah), akumulasi garam (salinisasi),
penggenangan
(water
logging ),
danakumulasi limbah industri atau limbah kota (pencemaran) (Rauschkolb, 1971;
ElSwaify, et. al.1993). Menurunnya kualitas air yang disebabkan baik oleh
sedimen yang bersumber dari erosimaupun limbah industri (polusi) sudah sangat
dirasakan di daerah aliran sungai yang berpenduduk padat.Erosi di
daerah tropika basah dengan berbagai fenomena yang bertalian erat
dengannya
seperti penurunan produktivitas tanah, sedimentasi, banjir, kekeringan, termasuk jenis kerusakan DASyang
memerlukan penanganan segera dengan menggunakan teknologi yang telah
dikuasaimaupun teknologi baru, agar degradasi lingkungan tidak berlanjut
mencapai tingkat yang gawat.Dampak negatif erosi terjadi pada dua tempat yaitu
pada tanah tempat erosi terjadi, dan padatempat sedimen
diendapkan.Kerusakan utama yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi adalah
kemunduran kualitas sifat-sifat biologi, kimia, dan fisik tanah. Kemunduran
kualitas tanah tersebut dapat berupa kehilangankeanekaragaman hayati, unsur
hara dan bahan organik yang terbawa oleh erosi, tersingkapnyalapisan tanah yang
miskin hara dan sifat-sifat fisik yang menghambat pertumbuhan
tanaman,menurunnya kapasitas infiltrasi dan kapasitas tanah menahan air,
meningkatnya kepadatan tanahdan ketahanan penetrasi serta berkurangnya
kemantapan struktur tanah. Hal tersebut padaakhirnya berakibat pada memburuknya
pertumbuhan tanaman, menurunnya produktivitas tanahatau meningkatnya pasokan
yang dibutuhkan untuk mempertahankan produksi. Memburuknyasifat-sifat biologi,
kimia dan fisik tanah serta menurunnya produktivitas tanah sejalan
dengansemakin menebalnya lapisan tanah yang tererosi (Sudirman et al
1986).Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut oleh aliran permukaan
diendapkan di bagiantertentu atau masuk ke sungai serta diendapkan di dalam
sungai, waduk, danau atau saluran-saluran air. Disamping itu dengan
berkurangnya kapasitasinfiltrasi tanah yang mengalami erosiakan menyebabkan aliran permukaan (run
off ) meningkat. Peningkatan aliran permukaan danmendangkalnya sungai
mengakibatkan banjir semakin sering dengan tingkatan (derajat) yangsemakin
berat pada setiap musim hujan. Terjadinya banjir sudah merupakan
fenomena yang berulang setiap tahun di banyak DAS di
Indonesia.Berkurangnya infiltrasi air ke dalam tanah yang mengalami erosi di
bagian hulu DASmenyebabkan pengisian kembali (recharge) air di bawah
tanah ( ground water ) juga berkurangyang mengakibatkan
kekeringan di musim kemarau. Dengan demikian terlihat
bahwa peristiwa banjir
dan kekeringan merupakan fenomena ikutan yang
tidak terpisahkan dari peristiwa eropsi.Bersama dengan sedimen,
unsur-unsur hara terutama N dan P serta bahan organikpun banyak yang ikut
terbawa masuk ke dalam waduk atau sungai (Sinukaban 1981). Hal ini
mengakibatkanterjadinya eutrofikasi berlebihan dalam danau atau waduk sehingga
memungkinkan perkembangan tananam air menjadi lebih cepat dan pada akhirnya mempercepat pendangkalandan
kerusakan waduk atau danau tersebut.
PERANAN KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA PELESTARIANPRODUKTIVITAS DAN
SUMBERDAYA AIR
Untuk
menjaga produktivitas lahan, maka penggunaan lahan harus sesuai dengankemampuanlahan serta penggunaan agroteknologi harus disertai dengan penerapan
teknik konservasi tanahdan air yang memadai. Tipe teknik konservasi tanah dan
air yang banyak diterapkan di seluruhdunia termasuk dalam pengelolaan DAS di
Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam empatkelompok utama yaitu agronomi,
vegetatif, struktur, dan manajemen (WASWC, 1998).Teknik konservasi tanah dan
air yang dikelompokkan ke dalam kelompok agronomi antara lain penanaman
tanaman campuran (tumpang sari), penananam berurutan (rotasi), penggunaan
mulsa, pengolahan tanah minimum, penananam tanpa olah tanah, penanaman mengikuti kontur, penananam di atas guludan mengikuti kontur, penggunaan pupuk hijau atau pupuk buatan, dan penggunaan
kompos.Teknik konservasi tanah dan air yang dikelompokkan ke dalam
kelompok vegetatif antara
lain penanaman tanaman pohon atau tanaman tahunan (seperti kopi, teh, tebu, pisang), penanaman
tanaman
tahunan di batas lahan (tanaman pagar), penanaman strip rumput (vetiver,
rumputmakanan ternak).Teknik konservasi tanah dan air yang dikelompokkan ke
dalam kelompok struktur antara lainsaluran penangkap aliran permukaan, saluran
pembuangan air, saluran teras, parit penahan air (rorak), sengkedan,
guludan, teras guludan, teras bangku, dam penahan air, dan embung pemanen
air hujan.Teknik konservasi tanah dan air yang dikelompokkan ke dalam
kelompok manajemen antaralain perubahan pengunaan lahan menjadi lebih
sesuai, pemilihan usaha pertanian yang lebihcocok, pemilihan peralatan dan
masukan komersial yang lebih tepat, penataan pertaniantermasuk komposisi usaha
pertanian, dan penentuan waktu persiapan lahan, penanaman, dan pemberian
input.Penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai di berbagai proyek
pengembangan pertanian dan penelitian telah membuktikan bahwa teknik konservasi tanah dan air mampumenstabilkan
produktivitas pertanian dan bahkan pada beberapa tempat mampu
meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani (Sihite dan Sinukaban,
2004).Penanaman sayuran mengikuti kontur pada tanah Andosol yang mempunyai
drainase yang baik di Citere Jawa Barat mampu mempertahankan produktivitas
lahan dan sangat efektif menekanerosi. Penggunaan rorak dan tananam penaung multistrata
di pekebunan kopi rakyat mampumenekan erosi dan meningkatkan pendapatan
petani sampai lebih dari Rp. 6.000.000 di DASBesai Lampung
barat.Untuk menjaga kelestarian sumberdaya air di suatu DAS, maka penutupan
vegetasi permanenharus tetap dijaga kelestariannya, penggunaan lahan harus
sesuai dengan kemampuan lahan danteknologi pengelolaan DAS harus memenuhi
kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Di DASyang didominasi oleh daerah
pertanian, penerapan teknik konservasi yang memadai sangatdiperlukan untuk
meningkatkan infiltrasi dan menurunkan aliran permukaan yang padagilirannya
dapat melestarikan sumberdaya air.Hasil penelitian tentang pengaruh teknik
konservasi tanah dan air yang memadai
dalam pengelolaan DAS terhadap kelestarian sumber daya air di Jawa Barat dan Lampung sangat positif (Sinukaban et al, 1998, Sihite dan Sinukaban 2004). Penelitian di Jawa Barat danLampung
Barat tersebut menunjukan bahwa teknik pengelolaan DAS yang memenuhi
kaidahkonservasi tanah dan air akan menurunkan aliran permukaan (quick flow)
dan menaikan alirandasar (base flow) serta memperpanjang masa aliran
dasar secara substansial (Sinukaban et al,198).Walaupun hanya sepertiga dari
luas DAS yang menerapkan teknik konservasi yang memadai,teknik konservasi
tersebut sudah mampu menekan koefisien aliran permukaan dari 0,72 menjadi0,49 pada tahun berikutnya dan menjadi 0,39 dua
tahun setelah penerapan teknik konservasi.Disamping itu koefisien aliran dasar
(base flow) meningkat dari 0,28 menjadi 0,51 pada tahun berikutnya
dan menjadi 0,61 dua tahun setelah peneapan teknik konservasi
(Tabel 1). Disampingadanya peningkatan debit aliran dasar, penerapan
teknik konservasi tanah dan air juga
memperpanjang
lamanya aliran dasar dari hanya sampai bulan Juni pada saat belumditerapkannya
teknik konservasi menjadi sampai bulan Juli setelah setahun penerapannya
danmenjadi sampai bulan Agustus setelah dua tahun (Gambar 1 dan 2). Bila
dikombinasikan dengan peningkatan penutupan vegetasi permanen dan menempatkan penggunaan lahan yang sesuaidengan
kemampuannya maka kelestarian sumberdaya air di DAS akan terjaga secara
lestari.